Minggu, 24 Mei 2015

Ketika stroke terlanjur menyerang

Tadi malam pukul 19.00 WIB saya kedatangan seorang nenek berumur 60 an tahun dengan keluhan kesemutan di tangan dan kaki tangan, dari pemeriksaan yang saya lakukan ternyata selain ada kesemutan tangan dan kaki kanannya sedikit mengalami kelemahan dibanding tangan kiri. Tekanan darahnya pun tinggi menjadi 180/100 mmHg. Nenek ini memang memiliki riwayat darah tinggi dan kontrol tidak teratur. Kejadian ini dialami tiba-tiba pada waktu magrib tadi. Saya pun mengarahkan diagnosis kondisi ini sebagai stroke dan menyarankan perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Untunglah keluarga setuju untuk dirawat.


Kisah diatas banyak dijumpai di masyarakat. Stroke seringkali baru dipikirkan ketika sudah terjadi serangan. Tindakan pencegahan sering diabaikan karena tidak merasa penting ataupun cuek terhadap stroke. Baru setelah ada anggota keluarga mengalami kelumpuhan akibat stroke keluarga baru berpikir bahayanya stroke.
Bahkan sebagian penderita baru datang beberapa hari kemudian untuk mendapatkan pertolongan. Mereka datang dengan tangan dan kaki yang sudah tidak dapat digerakkan. Sebagian lagi dalam kondisi yang tidak sadar dan lebih parah lagi dengan pernapasan yang terganggu. Sehingga tidak heran stroke menjadi pembunuh no 3 di dunia, di Indonesia bahkan stroke dari beberapa penelitian menjadi pembunuh no 1.
Ketika stroke terlanjur menyerang, beberapa penderitanya cukup dilakukan pertolongan dengan pemberian obat-obatan dan pemberian oksigen. Tetapi sebagian lagi yang mengalami perdarahan di kepala harus dilakukan tindakan untuk mengeluarkan dan menghentikan perdaharahan tersebut. Keluarga yang awam medis dan tidak tega ketika harus dilakukan operasi sering menjadi penghambat untuk dilakukan tindakan segera. Secara psikologis pun mereka tidak siap untuk mengambil keputusan tentang tindakan yang harus segera dilakukan. Padahal keraguan , ketidaksiapan, dan ketakukan ini malah memperburuk kondisi penderita stroke. Perdarahan yang ada semakin berkembang, otak pun semakin lapar dan miskin karena tidak dapat oksigen yang cukup. Kondisi yang fatal pun seringkali terjadi.
Ketika stroke terlanjur menyerang, beberapa penderitanya berhasil selamat melalui serangan ini, tetapi kualitas hidupnya menurun. Kondisi yang paling sering adalah kelemahan anggota gerak, mulai dari yang paling ringan rasa baal dan kesemutan sampai kelumpuhan total. Saya rasa kita pernah berjumpa dengan mereka. Berjalan dengan  kaki diseret dan tangan yang tidak berfungsi maksimal. Sebagian bahkan harus duduk di kursi roda. Untuk keperluan sehari-hari pun harus memerlukan bantuan orang lain. Selain produktifitas menurun, peran dan tanggung jawab di masyarakat juga berkurang. Pergaulan menjadi terbatas dan akhirnya kondisi psikis dan daya juang berkurang.
Ketika stroke terlanjur menyerang, sebagian datang ke rumah sakit dalam kondisi keparahan tingkat akhir. Karena itu jiwanya tidak tertolong lagi. Padahal banyak yang masih berusia produktif, berperan sebagai suami, kepala rumah tangga yang harus mencarai nafkah untuk pendidikan anaknya. Sejumlah tokoh mengalami itu, Almarhum Ahmad Ni’am Salim,  Duta Besar RI untuk Aljazair meninggal pada September 2014. Bahkan teman sejawat saya seorang dokter spesialis anak meninggal pada usia 34 tahun karena serangan stroke. Cerita lain seorang dokter seangkatan saya yang harus kehilangang suaminya pada usaia 30 an tahun karena stroke juga. Gayatri, remaja cerdas dari Ambon harus meninggalkan kita dalam usia yang sangat muda akibat stroke. Bahkan bayi baru lahir pun banyak yang mengalami perdarahan spontan yang mengancam nyawanya.

Ketika stroke terlanjur menyerang, anda harus segera mengenali gejala stroke tersebut dan mencari pertolongan terbaik untuk penderitanya sehingga nyawanya dapat diselamatkan dan gejala sisa stroke yang terjadi hanya seringan mungkin. Untuk itu dalam bab selanjutnya anda akan dapat menemukan gejala awal stroke yang penting untuk diketahui dan langkah langkah yang harus segera dilakukan.
Comments
0 Comments

0 komentar: