webmd.com |
Baru-baru ini kita dikejutkan oleh kematian presenter Olga
Syahputra dalam usia muda. Diduga meningitis menjadi penyebab kematian
almarhum. Selama ini kita mendengar kabar sakitnya, tetapi tidak mengetahui
dengan pasti sebab sakit tersebut, sampai akhirnya dikabarkan meningitis yang
akhirnya merenggut nyawa almarhum.
Mengenal meningitis
Dari asal bahasanya meningitis berasal dari kata meningen
dan itis. Meningen berarti selaput otak, sedangkan itis berarti peradangan.
Dengan demikian meningitis dapat dipahami sebagai peradangan selaput otak.
Peradangan sendiri sebenarnya adalah upaya pertahanan tubuh untuk menyingkirkan
berbagai gangguan pada tubuh serta mengembalikan tubuh ke dalam fungsi
normalnya. Peradangan dapat terjadi akibat infeksi, cedera atau trauma, dan hal
lain yang masih belum diketahui sebanya.
Selaput otak sendiri terdiri atas 3 lapisan, masalah utama
pada meningitis sebenarnya bukan terletak pada lapisan otak itu sendiri.
Dibawah lapisan otak kedua yang disebut lapisan araknoid, mengalir cairan otak
yang banyak berperan penting dalam menunjang kinerja otak. Dalam dunia medis
cairan otak ini dikenal sebagai Liquor Cerebero Spinal (LCS). LCS ini penting
untuk memberi makan sel-sel otak, membersihkan otak dari sisa buangan otak,
melawan infeksi, serta fungsi lainnya. Didalam, otak sendiri didapatkan kurang
lebih 150 cc cairan otak yang terus bersirkulasi sepanjang hari tanpa kita
sadari.
Cairan otak terus diproduksi dan diserap sehingga kebersihannya
terjamin. Dengan bersirkulasi pun kinerja cairan otak ini untuk menjaga otak
agar berfungsi optimal dapat tercapai. Produksi cairan otak ini pada manusia
dewasa mencapai 500 cc dan terus bersirkulasi sehingga akhirnya masuk ke sistem
peredaran darah.
Di dalam cairan otak terdapat anyaman pembuluh darah otak
yang menunjang kinerja otak. Keberadaan pembuluh darah ini pada cairan otak ini
mengamankan pembuluh darah dari cedera akibat benturan pada otak.
Infeksi cairan otak
menimbulkan lingkaran setan yang memperburuk kondisi penderitanya
Infeksi pada sistem cairan otak akan mempengaruhi juga
kinerja otak secara keseluruhan. Jika infeksi awalnya mengenai sistem cairan
otak ini maka akan terjadi reaksi berantai jika sistem pertahanan tubuh gagal
untuk mengatasi infeksi tersebut.
Pertama, peradangan/infeksi cairan otak akan menyebabkan
terjadinya peradangan pada pembuluh darah yang melayang dalam cairan otak.
Peradangan ini menyebabkan pembuluh darah yang pada awalnya lentur membesar dan
mengkerut agar darah didalamnya lancar mengalir menjadi kaku, sehingga aliran
darah akan terganggu. Akibatnya otak menjadi miskin suplai darah. Kinerja otak
pun akan menurun.
Kedua, cairan otak ini pun akan bersinggungan dengan otak.
Perdangan pada cairan otak akan menyebabkan penyebaran pada otak itu sendiri,
kondisi ini yang disebut ensefalitis. Kondisi ini pun tentu akan menyebabkan
penurunan kinerja otak.
Ketiga, peradangan/infeksi pada cairan otak ini akan
mengganggu aliran cairan otak. Jika pada kondisi normal cairan otak selalu
diproduksi dan diserap, maka pada pada meningitis kekentalan cairan otak dapat
berubah sehingga alirannya akan terganggu. Lebih sering terdapat ganggua
penyerapan. Gangguan aliran ini yang menyebabkan penumpukan cairan otak pada
rongga otak. Kondisi ini yang disebut hidrosefalus. Jika pada anak
hidroseafalus dikompensasi dengan membesarnya rongga kepala untuk menyelamatkan
otak, tidak demikian halnya pada orang dewasa. Tulang kepala orang dewasa tidak
mungkin lagi membesar, sehingga jika terjadi penumpukan cairan otak maka otak
akan tertekan oleh cairan ini. Tentu kondisi ini pun akan menyebabkan kinerja
otak menurun.
Otak sendiri memiliki fungsi beragam bagi tubuh manusia.
Fungsi paling dasar adalah mempertahankan hidup yang terdiri atas pengaturan sistem
pernapasan, peredaran darah, sistem sirkulasi dan beragam sistem lain yang
berjalan secara otomatis. Fungsi selanjutnya adalah fungsi kesadaran dan
berpikir. Jika kinerja otak terganggu maka secara langsung fungsi-fungsi
tersebut pun akan menurun. Kondisi kesadaran dapat menurun sampai penderitanya
koma. Selanjtunya jika penyakit terus berkembang berbagai sistem tubuh akan
terganggu dan nyawa penderitanya akan tercancam.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk menangani meningitis
ini? Yang pertama adalah mengenali secara dini diagnosis meningitis. Gejala
awal yang dapat mengarahkan ke meningitis adalah adanya trias demam, kaku
kuduk, serta sakit kepala yang berat. Kondisi lebih lanjut akan dapat terjadi
penurunan kesadaran.
Selanjutnya perlu pemeriksaan laboratorium yang meliputi
pemeriksaan darah serta cairan otak itu sendiri. Dapat dilakukan analisa
mengenai komposisi yang ditemukan pada pemeriksaan darah dan cairan otak.
Komposisi cairan otak menjadi petunjuk penting untuk penegakan diagnosis
meningitis serta menentukan penyebab infeksi tersebut berasal dari bakteri,
virus, jamur, atau penyakit lain seperti TBC.
Pemeriksaan CT Scan kepala menjadi keharusan untuk melihat komplikasi lanjutan akibat meningitis
ini. Dari pemeriksaan CT Scan kepala dapat diketahui adanya penumpukan cairan
otak (hidrosefalus) serta komplikasi lain. Jika ditemukan penumpukan cairan
maka harus segera diatasi agar ancaman nyawa dapat diselamatkan. Paling sering
dilakukan pintasan agar cairan otak ini teralirkan dan tidak mendesak otak.
Langkah selanjutnya adalah pemberian obat-obatan untuk
mengatasi meningitis. Obat utama adalah antibiotik sesuai dengan penyebab
meningitis ini. Obat yang lain yang diberikan adalah untuk mengurangi reaksi
peradangan pada penderitanya. Selain itu
tim medis akan memantau kondisi penderitanya dan memberikan obat-obatan yang
diperlukan sesuai dengan keadaan penderitanya.
Pandangan keliru
sering menyebabkan keterlambatan penanganan
Meningitis sering dikaitkan dengan adanya santet, guna-guna,
sehingga masyarakat penderitanya mencari pengobatan alternatif. Keluhan nyeri
kepala dalam waktu lama dengan penyebab yang belum diketahui sering menjadi
alasan masyarakat untuk mengaitkan dengan santet atau guna-guna. Pendapat lain
adalah pengobatan herbal yang diharapkan dapat menangani meningitis. Hal
tersebut dapat memperlama penderita meningitis untuk mendapatkan penaganan yang
tepat sehingga kondisi meningitis akan bertambah berat. Padahal dalam kondisi
tertentu meningitis termasuk kasus gawat darurat yang memerlukan penanganan
segera.
Kunci penanganan meningitis adalah pengenalan meningitis
sedini mungkin. Sistem saraf (termasuk otak) adalah organ tubuh yang memiliki
kemampuan pemulihan yang lambat, karena itu jika sudah mengalami cedera sulit
untuk kembali ke kondisi awal sebelum cedera. Selain itu penanganan yang baik
diharapkan akan memutus lingkaran setan meningitis sehingga diharapkan kematian
dapat dicegah.