Minggu, 24 Mei 2015

Perdarahan epidural, sang perenggut nyawa yang cepat.

Perdarahan epidural yang mengancam nyawa, foto saat dilakukan operasi

Saya teringat kisah seorang teman sejawat yang mengalami kecelakaan motor. Awalnya setelah kecelakaan tersebut kesadarannya masih bagus, namun selepas itu kondisi kesadarannya menurun dengan cepat. Beliau mengalami benturan hebat di kepala. Setelah benturan tersebut beliau masih dapat berbicara, namun berangsur kondisi kesadarannya menurun.
Kepala sebenarnya sudah diciptakan oleh Sang Maha Kuasa dengan pelindung yang kuat. Terdapat tulang kepala yang melindungi otak dari benturan yang keras. Tetapi seringkali benturan yang sangat kuat akan menyebabkan terjadinya retak pada tulang tekngkorak tersebut.

Retak tulang tengkorak dapat merobek pembuluh darah dibawanhya.
Ketebalan tulang tengkorak sendiri berbeda-beda di tiap bagian. Tulang ini tebal pada bagian depan, belakang dan atas, sedangkan pada bagian samping tulang tengkorak tipis. Pada bagian yang tipis ini yang rawan terhadap retak tulang jika terjadi benturan yang keras. Bagian samping (temporal) ini sering mengalami retak akibat benturan benda keras. Lebih berbahaya lagi dibawah tulang temporal ini berjalan pembuluh darah yang memberi makan selaput otak. Jika retakan tulang sampai merobek pembuluh darah tersebut maka terjadilah perdarahan. Perdarahan ini diluar selaput otak, di dunia medis dikenal sebagai perdarahan epidural.
Pembuluh darah pada bagian samping merupakan pembuluh darah arteri, sehingga tekanan cukup besar. Jika terjadi robekan akan menyebabkan perdarahan yang cukup kuat. Memang perdarahan yang terjadi tidak berada dalam otak karena masih ada selaput otak yang melindungi otak (duramater), tetapi perdarahan ini akan berlangsung terus menerus dan mengakibatkan penekanan terhadap otak.
Selain karena robekan pembuluh darah, retak tulang tengkorak juga mengakibatkan terjadinya perdarahan. Seperti ranting pohon yang patah, akan keluar lendir pada bekas patahan tersebut. Demikian juga pada pada bekas retakan tulang tengkorak ini, akan keluar darah yang mengucur terus menerus dan menjadi perdarahan epidural. Perdarahan yang terjadi akibat retakan tulang ini memiliki proses yang lebih lama karena perdarahan yang terjadi bersifat rembesan, berbeda dengan akibat robekan pembuluh darah, dimana darah yang mengalir bersifat mengucur.
Otak sendiri terletak dalam sebuah ruangan yang tertutup, sehingga adanya perdarahan akan menyebabkan penambahan isi dalam kepala yang pada akhirnya akan menekan otak. Ini kondisi yang berbahaya dan mengancam nyawa. Perdarahan tersebut harus segera diambil dan dihentikan agar nyawa segera terselamatkan.
Untuk mengetahui adanya perdarahan epidural ini memang harus dengan menggunakan CT scan, sayangya belum semua rumah sakit memiliki CT scan, sehingga seringkali perdarahan epidural ini terlambat diketahui. Padahal penekanan otak oleh perdarahan epidural sangat berbahaya. Harus segera dilakukan tindakan untuk mengeluarkan perdarahan tersebut sehingga ancaman nyawa dapat dihilangkan.
Salah satu tanda yang dapat menjadi perkiraan adanya perdarahan epidural  adalah adanya periode sadar diantara tidak sadar. Pada waktu awal benturan kepala penderitanya dapat mengalami penurunan kesadaran akibat benturan hebat, kemudian penderitanya dapat kembali sadar seperti semula. Namun seiring waktu adanya perdarahan epidural yang berkembang akan mengakibatkan penurunan kesadaran seiring berjalannya waktu.

Perdarahan epidural dapat menyebabkan perubahan yang dramatis terhadap kondisi penderitanya. Dalam kasus robekan pembuluh darah, perdarahan epidural dapat merenggut nyawa dengan cepat. Untuk kepastian memang memerlukan CT scan kepala. Saya berharap CT scan ini makin banyak ditemui di rumah sakit sehingga diagnosis perdarahan epidural dapat segera diketahui dan segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan nyawa penderitanya.
Comments
0 Comments

0 komentar: