Perdarahan epidural yang mengancam nyawa, foto saat dilakukan operasi |
Saya teringat kisah seorang teman sejawat yang mengalami
kecelakaan motor. Awalnya setelah kecelakaan tersebut kesadarannya masih bagus,
namun selepas itu kondisi kesadarannya menurun dengan cepat. Beliau mengalami
benturan hebat di kepala. Setelah benturan tersebut beliau masih dapat
berbicara, namun berangsur kondisi kesadarannya menurun.
Kepala sebenarnya sudah diciptakan oleh Sang Maha Kuasa
dengan pelindung yang kuat. Terdapat tulang kepala yang melindungi otak dari
benturan yang keras. Tetapi seringkali benturan yang sangat kuat akan
menyebabkan terjadinya retak pada tulang tekngkorak tersebut.
Retak tulang tengkorak dapat merobek pembuluh darah
dibawanhya.
Ketebalan tulang tengkorak sendiri berbeda-beda di tiap
bagian. Tulang ini tebal pada bagian depan, belakang dan atas, sedangkan pada
bagian samping tulang tengkorak tipis. Pada bagian yang tipis ini yang rawan
terhadap retak tulang jika terjadi benturan yang keras. Bagian samping
(temporal) ini sering mengalami retak akibat benturan benda keras. Lebih
berbahaya lagi dibawah tulang temporal ini berjalan pembuluh darah yang memberi
makan selaput otak. Jika retakan tulang sampai merobek pembuluh darah tersebut
maka terjadilah perdarahan. Perdarahan ini diluar selaput otak, di dunia medis
dikenal sebagai perdarahan epidural.
Pembuluh darah pada bagian samping merupakan pembuluh darah
arteri, sehingga tekanan cukup besar. Jika terjadi robekan akan menyebabkan
perdarahan yang cukup kuat. Memang perdarahan yang terjadi tidak berada dalam
otak karena masih ada selaput otak yang melindungi otak (duramater), tetapi
perdarahan ini akan berlangsung terus menerus dan mengakibatkan penekanan
terhadap otak.
Selain karena robekan pembuluh darah, retak tulang tengkorak
juga mengakibatkan terjadinya perdarahan. Seperti ranting pohon yang patah,
akan keluar lendir pada bekas patahan tersebut. Demikian juga pada pada bekas
retakan tulang tengkorak ini, akan keluar darah yang mengucur terus menerus dan
menjadi perdarahan epidural. Perdarahan yang terjadi akibat retakan tulang ini
memiliki proses yang lebih lama karena perdarahan yang terjadi bersifat
rembesan, berbeda dengan akibat robekan pembuluh darah, dimana darah yang
mengalir bersifat mengucur.
Otak sendiri terletak dalam sebuah ruangan yang tertutup,
sehingga adanya perdarahan akan menyebabkan penambahan isi dalam kepala yang
pada akhirnya akan menekan otak. Ini kondisi yang berbahaya dan mengancam
nyawa. Perdarahan tersebut harus segera diambil dan dihentikan agar nyawa
segera terselamatkan.
Untuk mengetahui adanya perdarahan epidural ini memang harus
dengan menggunakan CT scan, sayangya belum semua rumah sakit memiliki CT scan,
sehingga seringkali perdarahan epidural ini terlambat diketahui. Padahal
penekanan otak oleh perdarahan epidural sangat berbahaya. Harus segera
dilakukan tindakan untuk mengeluarkan perdarahan tersebut sehingga ancaman
nyawa dapat dihilangkan.
Salah satu tanda yang dapat menjadi perkiraan adanya
perdarahan epidural adalah adanya
periode sadar diantara tidak sadar. Pada waktu awal benturan kepala
penderitanya dapat mengalami penurunan kesadaran akibat benturan hebat,
kemudian penderitanya dapat kembali sadar seperti semula. Namun seiring waktu
adanya perdarahan epidural yang berkembang akan mengakibatkan penurunan
kesadaran seiring berjalannya waktu.
Perdarahan epidural dapat menyebabkan perubahan yang
dramatis terhadap kondisi penderitanya. Dalam kasus robekan pembuluh darah,
perdarahan epidural dapat merenggut nyawa dengan cepat. Untuk kepastian memang
memerlukan CT scan kepala. Saya berharap CT scan ini makin banyak ditemui di
rumah sakit sehingga diagnosis perdarahan epidural dapat segera diketahui dan
segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan nyawa penderitanya.